Siapa yang akan melakukan pergantian kepemimpinan di sekolah? Kapan kita melakukan pergantian kepemimpinan di sekolah? Bagaimana kita mengubah kepemimpinan di sekolah? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu membahas strategi untuk menerapkan kepemimpinan perubahan di sekolah. Tahapan proses pergantian kepemimpinan dalam pengembangan sekolah dijelaskan sebagai berikut:
Setelah memahami berbagai permasalahan atau kebutuhan sekolah dan menyiapkan solusinya, kita bisa langsung mengimplementasikannya. Solusi ini diperlukan untuk menciptakan perubahan di sekolah. Jika seorang kepala sekolah tidak memahami masalah di sekolah, maka dia mengerti
tidak pernah bisa membuat perubahan di sekolah. Hal ini dikarenakan untuk melakukan berbagai macam perubahan di sekolah diperlukan solusi yang tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memahami permasalahan yang ada di sekolah karena ini merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan di sekolah.
PertamaUntuk menentukan masalah atau kebutuhan sekolah, kepala sekolah perlu memahami berbagai bentuk perwujudan masalah tersebut, misalnya masalah berupa kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi nyata yang terjadi di sekolah, masalah yang disebabkan oleh kegagalan sekolah. untuk mencapai standar yang telah ditetapkan, permasalahan yang ditimbulkan oleh sekolah dianggap perlu untuk melebihi standar tersebut didirikan, dan masalah yang disebabkan oleh ketidakkonsistenan dengan hasil atau kinerja sekolah.
Keduamenentukan solusi perbaikan atas suatu masalah yang telah ditentukan, juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh kepala sekolah.
Di bawah ini adalah beberapa situasi dan bagaimana kepala sekolah dapat menentukan solusinya.
- Jika masalah di sekolah terlalu besar untuk dipecahkan, dengan gejala masalah pada banyak faktor/aspek/bidang, maka pecahkan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, lalu selesaikan mana yang paling mudah dilaksanakan, sehingga masalah yang terlalu besar menjadi lebih mudah. menyelesaikan.
- Jika masalah di sekolah tidak jelas sebabnya maka berhati-hatilah dalam menentukan solusi perbaikannya. Lakukan riset di sekolah terlebih dahulu. Karena bisa saja setelah diterapkan ternyata masih ditemukan permasalahan yang sama di sekolah atau solusi perbaikan yang telah dilakukan di sekolah ternyata untuk permasalahan yang berbeda.
- Apabila permasalahan di sekolah disebabkan oleh cara berpikir yang sama yang dipraktikkan di sekolah selama ini oleh sebagian besar masyarakat di sekolah, dan hal tersebut menimbulkan masalah di sekolah, maka gunakan cara atau pendekatan baru yang membuat semua pihak di sekolah tidak lagi menggunakan cara lama. pemikiran.
Ketiga, menerapkan perubahan. Menerapkan perubahan sebenarnya adalah menerapkan solusi perbaikan yang telah ditentukan. Solusi perbaikan akan menciptakan sesuatu yang perlu diubah, termasuk:
- Perubahan sistem di sekolah
- Perubahan proses di sekolah
- Perubahan metode melakukan sesuatu di sekolah
- Perubahan cara berpikir kebanyakan orang di sekolah
- Perubahan tim atau struktur organisasi di sekolah
Menerapkan perubahan dapat menjadi masalah besar bagi kepala sekolah, oleh karena itu kepala sekolah perlu memahami berbagai cara pelaksanaan perubahan di sekolah agar perubahan tersebut dapat berjalan dengan baik. Elizabeth Kubler Ross (1965) menjelaskan caranya Perubahan dapat terjadi melalui kurva perubahan. Kurva perubahan ini lebih dikenal dengan kurva S (Sigmol S).

Pada awal perubahan terjadi Status Quo dimana semua atau sebagian orang terkejut dan menolak perubahan. Bagaimana kepala sekolah mengatasinya? Pada tahap selanjutnya, Gangguan, semua atau sebagian orang marah dan ketakutan. Bagaimana kepala sekolah mengatasinya?
Pada tahap Eksplorasi selanjutnya, semua atau sebagian orang dapat menerima. Apa yang harus dilakukan kepala sekolah? Dan pada tahap akhir yaitu Rebuilding, all or
beberapa orang berkomitmen. Apa yang harus dilakukan kepala sekolah?
Dari kurva tersebut dapat kita simpulkan bahwa jika kepala sekolah merupakan pemimpin dan manajer yang baik, maka jarang sekali terjadi perubahan secara tiba-tiba. Kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer yang baik harus pandai berkomunikasi dengan seluruh staf, sehingga dapat memahami apa yang terjadi di sekolahnya dan mengambil tindakan kepemimpinan yang relevan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapi sekolah.
Pertimbangkan kurva lintasan perubahan berikut:

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan perubahan di sekolah, yaitu:
- Implementasi perubahan di sekolah memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan.
- Ada banyak masalah di sekolah yang tidak teridentifikasi sebelumnya.
- Kegiatan perubahan di sekolah tidak terorganisir dengan baik.
- Persaingan antara individu dan kelompok di sekolah memecahkan kekhawatiran kepala sekolah.
- Kepala sekolah kurang memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan di sekolah.
- Instruksi dan pelatihan yang diberikan kepada kepala sekolah tidak cukup untuk melakukan perubahan di sekolah.
- Faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh kepala sekolah.
- Kepala sekolah lemah dalam kepemimpinan sehingga tidak cukup efektif dalam memberikan arahan kepada staf.
- Sistem informasi tidak cukup untuk memantau pelaksanaan perubahan.
Untuk dapat melakukan perubahan secara efektif sehingga beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan dapat dihindari, kepala sekolah harus dapat melakukan perubahan secara terencana, sistematis dan terukur. Biasanya ini dikenal dengan istilah SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Time Bound). Kepala sekolah juga harus memahami fungsi manajemen yaitu Planning-Implementing-Evaluating (PIE) (Dalton Mc Farland: 1959).
Untuk melakukan perubahan yang bermanfaat, berbeda nyata dan otentik, kepala sekolah dapat menerapkan mantra-mantra berikut. Mantra adalah tata cara baku yang diterapkan oleh seseorang ketika melakukan suatu perbuatan dimanapun dan kapanpun perbuatan itu dilakukan (James Kerr, 2013).
1) Experiential Learning (EL) dengan Design-Conduct-Evaluation-Feedback; yang kemudian dimodifikasi menjadi:
1. Persiapan
2. Implementasi
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Refleksi
2) Siklus Edwards Deming dengan PDCA, yaitu:
1. Rencanakan (perencanaan)
2. Lakukan (implementasi)
3. Periksa (periksa)
4. Tindakan (aksi)
3) Siklus Shewhart dengan PDSA, yaitu:
1. Rencanakan (perencanaan)
2. Lakukan (implementasi)
3. Belajar (belajar)
4. Perbuatan (tindakan)
4) Guru PKB dengan PIER, yaitu:
1. Perencanaan
2. Implementasi
3. Evaluasi
4. Refleksi
Setelah memahami konsep dan karakteristik kepemimpinan perubahan yang terintegrasi dengan mempelajari kepemimpinan dan strategi tindakan apa yang harus diterapkan, maka kepala sekolah diharapkan mampu melakukan perubahan untuk menciptakan revolusi perubahan organisasi, sehingga mampu membawa perubahan yang membuat seluruh komponen sekolah bersatu dan berempati satu sama lain untuk mewujudkan tentang perubahan yang mereka lakukan agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif bagi organisasi. Tahapan perubahan revolusioner yang dilakukan kepala sekolah mulai dari mendefinisikan masalah di sekolah, menentukan solusi korektif terhadap masalah yang sudah mapan, dan mengimplementasikan perubahan.
Karena implementasi kepemimpinan perubahan mengacu pada revolusi perubahan organisasi, tentu permasalahan yang ditetapkan bukanlah permasalahan yang sederhana atau dangkal yang terjadi di sekolah. Masalah yang dipilih adalah masalah yang sifatnya kompleks dan memerlukan tindakan yang komprehensif dari kepala sekolah. Permasalahan tersebut dapat dimunculkan dari raport sekolah, hasil akreditasi sekolah atau kajian SWOT kepala sekolah berupa data empiris terhadap 8 standar nasional yang dapat dipertanggungjawabkan. Contoh: 80% guru di sekolah tidak pernah menulis karya ilmiah sebagai kegiatan pengembangan diri sehingga promosi terhambat.
Setelah menemukan permasalahan seperti di atas (misalnya guru tidak melakukan kegiatan pengembangan diri), kepala sekolah harus dapat mencari alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang ditawarkan harus inovatif, aplikatif, berwawasan jauh ke depan dan tidak menimbulkan konflik di sekolah. Selanjutnya kepala sekolah berperan sebagai change leadership berupa program pengembangan sekolah yang memuat 4 M’s (mempengaruhi, menggerakkan, memberdayakan, dan mengembangkan), memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah dilaksanakan, dan bercermin dari hasil monitoring dan evaluasi yang telah dicapai, untuk kemudian menentukan rencana pengembangan sekolah selanjutnya.
Dengan demikian, prinsipal menghasilkan Best Practice secara terus menerus dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, dari periode ke periode. Laporan kegiatan pengembangan sekolah ini juga dapat menjadi salah satu bukti fisik kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan kepala sekolah (PKB-KS) dan selanjutnya menjadi bukti fisik penilaian kinerja kepala sekolah. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota memberikan dukungan kepada kepala sekolah melalui pembinaan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan yang terus menerus dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah.